A. Prinsip
kerja Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Gambar 2.2 Skema
prinsip kerja MRI
Prinsip
dasar dari cara kerja suatu MRI adalah seluruh inti atom di alam tersusun dari
proton dan neutron seperti bumi yang bergerak pada sumbunya sehingga mempunyai
kutub utara dan kutub selatan yang akan menghasilkan medan magnet eksternal.
Inti atom juga bergerak pada sumbu ( spinning
) muatannya. Spinning menghasilkan
momen dipole magnetic yang disebut spin. ( Osbon,1992 )
Tubuh
manusia paling dominan terdiri atas cairan sehingga atom – atom yang
mendominasi jaringan biologi adalah atom hidrogen. Atom hidrogen hanya
mempunyai 1 proton tanpa neutron yang memungkinkan adanya momen dipole magnetic sehingga dapat terjadi
fenomena resonansi. Momen dipole magnetic
yang kuat yang dimiliki atom hidrogen akan menghasilkan konsentrasi yang besar
dan kekuatan yang kuat perinti. Oleh karena itulah, instrumentasi pada MRI
memanfaatkan atom hidrogen ini.
Dalam
keadaan normal, spinning atom
hidrogen adalah acak atau tidak beraturan sehingga orientasi dalam jaringan
tubuh manusia tidak menimbulkan nilai magnetisasi. Jika spin proton diletakkan dalam medan magnet eksternal yang sangat
kuat maka akan dihasilkan suatu orientasi proton yang searah ( proton dengan
kuat energi yang lebih rendah ) dan proton yang berlawanan arah orientasinya (
proton dengan kuat energi yang lebih tinggi ) sehingga terbentuk suatu nilai
magnetisasi longitudinal searah sumbu z. ( Brown,2003 )
Proton
individual setiap inti tidak berorientasi pada sumbu z, tetapi pada dirinya
sendiri. Kecepatan frekuensi presisi atom hidrogen bergantung pada kuat medan
magnet ekternal maka semakin cepat presisi proton.
Kecepatan
atom frekuensi presisi proton tergantung pada kuat medan magnet yang diberikan
pada jaringan. Semakin besar kuat medan magnet yang diberikan pada jaringan
maka semakin cepat presisi proton. Frekuensi presisi proton tergantung pada
kuat medan magnet tersebut.
Pada
saat dalam keadaan presisi proton tubuh diberikan suatu energi berupa gelombang
radiofrekuensi ( RF ) yang berubah – ubah baik besar maupun sudutnya sehingga
mengakibatkan proton tubuh dalam keadaan tereksitasi karena ikut menyerap
gelombang radiofrekuensi tersebut ( beresonansi ). Hanya inti atom yang memiliki
frekuensi presisi yang sama dengan frekuensi RF yang diberikan dan arahnya
tegak lurus dengan medan magnet eksternal yang akan mengalami resonansi.
Gelombang RF yang digunakan biasanya 90o dan 180o yang
disebut pulsa 90o dan 180o.
Pada
saat RF dalam keadaan aktif ( on ),
keadaan masing – masing proton hidrogen akan berubah, kuat medan magnet yang
dahulunya searah dengan medan magnet luar ( Longitudinal
magnetisation/Mz ) akan berubah menjadi transversal
magnetisation ( Mx ) dan pada saat gelombang RF dihentikan ( off ) maka
proton – proton hidrogen tersebut akan kehilangan energi yang diserap
sebelumnya dan kembali kepada keadaan posisi
semula ( relaksasi ) sambil mengeluarkan energi dalam bentuk sinyal listrik ( spin echo ). (McRobbie,2006) Sinyal ini
lah yang diterima oleh gradien coil dan oleh sistem pencitraan sinyal tersebut
diubah menjadi gambaran dalam bentuk irisan sagital, coronal, dan axial. Sinyal
listrik ini diteruskan ke radiofrekuensi elektronik . Sinyal listrik yang
berupa data analog yang berada di radiofrekuensi elektronik ini akan dirubah
menjadi data digital oleh ADC dan berbentuk dalam data biner dan kemudian
diteruskan ke CPU berbentuk algoritma. Dari CPU ini data digital tersebut ada
yang diteruskan ke data storage , image console
, image processor . dan kemudian tampil gambaran di image display.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar