1.
Prinsip Pencitraan Kedokteran Nuklir
- Menggunakan radioisotop sbg
sumber sinar gamma dengan energi 80-511 keV
- Radioisotop dimasukkan kedalam
organ tubuh yang diperiksa (in vivo)
- Organ tubuh memencarkan
radiasi, detektor mencatat paparan diluar tubuh
- Radiasi diubah menjadi cahaya,
cahaya diubah menjadi data digital, data digital direkonstruksi menjadi
citra diagnostik.
2. Alur Pencitraan Kedokteran Nuklir
Dalam
prinsip pencintraan pada kedokteran nuklir ada beberapa alur-alur yang harus di
ketahui. Berikut alur-alur untuk pencitraan pada kedokteran nuklir :
- Pembuatan jenis radiofarmaka
sesuai dengan jenis pemeriksaan kedokteran nuklir yang akan di lakukan.
Radiofarmaka adalah senyawa aktif yang dapat diberikan kepada pasien,
merupakan sumber terbuka dan ikut metabolisme tubuh.
- Radiofarmaka yang sudah di
siapkan tersebut lalu di suntikan melalui pembuluh darah pasien, jenis
radiofarmaka yang dimasukan sesuai dengan jenis pemeriksaan yang akan di
lakukan pada kedokteran nuklir.
- Setelah disuntikan radiofarmaka
melalui pembuluh darah pasien, maka radiofarmaka atau radiasi yang ada di
dalam tubuh pasien pasti akan memancar sinar gamma atau radiasi gamma ke
segala arah..
- Radiasi gamma atau sinar gamma
yang dipancarkan dari tubuh pasien itu akan di tangkap oleh detektor pada
pesawat gamma kamera, lalu akan di saring dengan kolimator, fungsi
kolimator pada kedokteran nuklir ini adalah untuk menangkap radiasi gamma
atau sinar gamma yang dipancarkan dari tubuh pasien, kolimator yang
digunakan pada kedokteran nuklir ini harus di sesuaikan dengan pemeriksaan
yang akan dilakukan, misalkan untuk pemeriksaan thyroid, maka kolimator
yang digunakan adalah kolimator khusus pemeriksaan thyroid. Jadi, bila
kolimator tidak sesuai untuk pemeriksaan yang dilakukan, maka gambaran
kedokteran nuklir akan menjadi tidak jelas, atau bisa di sebut blur dan
banyak noise.
- Sinar gamma atau radiasi gamma
yang ditangkap oleh detektor ataupun kolimator maka akan di teruskan ke
PMT, PHA, Kordinat x.y,z logic
sirkuit amplifikasi. PHA, Kordinat xy, dan logic sirkuit amplifikasi ini
berguna untuk menentukan gambaran kedokteran nuklir, apakah gambaran itu
bagus atau blur/jelek.
- Setelah melawati PHA, Kordinat
xy dan logic sirkuit amplifikasi maka akan diteruskan melalui komputer
untuk menampilkan gambaran kedokteran nuklir ataupun untuk pencatatan dan
mencetak gambaran kedokteran nuklir.
Berikut bagan atau skema pembentukan
citra pada kedokteran nuklir :
Berikut
instrument-instrumen yang digunakan pada pesawat SPECT :
Ø Kamera sinar gamma dikopel dengan
gantry (head + gantry)
Ø Dapat bergerak mengelilingi obyek,
sebagaimana pada CT
Ø Menggunakan colimator khusus untuk
menangkap foton dari lapisan obyek tertentu
Ø Konstruksi lobang-lobang colimator
(colimator hole) dibuat supaya dapat menangkap foton yang terpancar dari
kedalaman tertentu organ tertentu.
Ø Apabila head bergerak (scanning)
maka detektor akan menangkap foton-foton dari lapisan tertentu saja, yang
dibutuhkan untuk penggambaran .
Prinsip kerja Gamma kamera
(Detector)
Gamma kamera adalah alat untuk mengolah radiasi gamma dari
tubuh manusia untuk dapat dirubah dalam bentuk data yang dapat dilihat, baik
berup gambar, angka maupun grafik. Sehingga dari situ dapat diketahui mengenai
bentuk, letak dan apakah organ itu berfungsi baik atau tidak.
Komponen
gamma kamera :
-
Collimator
-
Detektor
-
Photo Multipier Tube (PMT)
-
Cathoda Ray Tube (CRT)
-
Pulse High Analizer (PHA)
1.
Kollimator
Collimator terdiri dari plat timbal
yang berisikan banyak pipa kecil (Septa), collimator pada gamma kamera
mempunyai beragam bentuk atau tipe, diantaranya adalah :
a.
Collimator Pinhole
b.
collimator multihole
- collimator konvergen
- collimator divergen
- collimator menjajar
Fungsi dari collimator ini adalah untuk menyerap energi
foton yang tidak tegak lurus terhadap detector.
Efektifitas dari kollimator dalam menghasilkan gambaran
tergantung dri beberapa faktor :
1.
dimension kolimator
Artinya
tergantung pada besar pipa, jumlah dan panjang pipa.
2.
Jarak dari objek
Makin
dekat objek dengan camera gamma maka akan semakin baik.
3.
tergantung dari energy radioisotope yang digunakan
Makin
tinggi energinya, maka makin buruk cahaya yang dihasilkan oleh detector, oleh
karena itu jenis kollimator yang dipakai harus disesuaikan dengan jenis
kollimator yang didesain untuk energy tertentu.
2.
Detektor
Sistem detector terdiri dari beberapa komponen, komponen ini
saling berkaitan sehingga sinyal dari objek dapat dideteksi
kemudian diproses.komponen dari detector ini adalah Kristal sodium iodide, kaca
untiuk jalan sinar, dan kumpulan tabung PMT. Sinar gamma yang membentur kristal
membangkitkan cahaya, yang intensitasnya sebanding dengan energi yang hilang
dari sinar gamma itu.
Sinar
gamma diteruskan pada Kristal melalui melalui sebuah collimator yang diletakkan
pada permukaan detector. Secara fisik Kristal yang dipakai pada detector
mengandung sodium yodida, thallium aktif dicampur dengan NaI. Kemudian ditutup
dengan kaleng allumunium yang diberi jendela kaca pada satu sisisnya, jendela
ini berguna agar sintilasi dapat diterima oleh PMT. Diameter Kristal menentukan jumlah PMT yang
dipakai dan efisiensi yang diinginkan, makin tipis kristal makin besar
efisiensinya, tetapi makin kurang resolusinya.
Pada
saat sinar gamma membentur kristal pada detektor, diahsilkan sintilasi cahaya,
dan terjadi peristiwa efek fotolistrik. Pada efek fotolistrik, sinar gamma
menabrak orbital elektron atom pada kristal dan memberikan energi pada elektron
dalam orbital itu. Elektron yang mendapat energi itu keluar dari orbital sambil
memancarkan energi dalam bentuk cahaya.
3.
Tabung Photo Multiplier (PMT)
Tabung
ini terdiri dari fotokatoda, dinoda-dinoda dan anoda, didalam tabung ini
terjadi penyerapan cahaya, sehingga elektron tereksitasi. Melalui medan listrik
yang terpasang antara fotokatoda dengan dinoda. Elektron-elektron tersebut
dipercepat dan diperbanyak serta dikumpulkan pada anoda sehingga diperoleh
pulsa arus listrik.
Elektron-elektron
hasil penggandaan yang terkumpul pada anoda dari PMT akan menghasilkan pulsa
arus listrik. Pulsa-pulsa ini yang kemudian akan masuk kedalam unit
pemerosesan.
4.
Cathode Ray Tube
Signal-signal
yang didapat dari PMT akan diproses menjadi tiga signal yaitu x,y,z, dimana
signal x dan y digunakan untuk lokasi ruang yang diproses olh CRT yang
merupakan tampilan pada layar monitor. Sedangkan signal z menunjukan besarnya
energi yang masuk kedalam kristal detektor dan diproses oleh PHA.
5.
Pulse Height Analizer (PHA)
Setelah
menggunakan kristal sintilasi yang mengubah pancaran radiasi menjadi cahaya,
maka cahaya itu akan diubah oleh PMT menjadi besaran listrik. Tetapi cahaya
yang dihasilkan oleh kristal dipengaruhi juga oleh efek-efek akibat interaksi
antara foton dengan benda seperti halnya efek fotolistrik. Oleh karena itu
sinyal yang dihasilkan oleh PMT harus diolah sedemikian rupa sehingga dapat
dihasilkan data sesungguhnya dari hasil benturan antara sinar gamma dengan
Kristal sintilasi.
Untuk mendapatkan data sebenarnya
digunakan rangkaian PHA. Sinyal dari PMT dimasukkan kedalam pre amplifier untuk
dikuatkan, kemudian sinyal itu diteruskan kedalam delay line clipper yang akan
menghasilkan sinyal-sinyal dengan lebar pulsa yang sama. Output dari delay line
clipper ini kemudian merupakan input dari rangkaian Pulse Height Analizer.